Asal Usul Semesta, Debat Agama Versus Sains

lmuwan kondang, Stephen Hawking melontarkan teori kontroversial dalam bukunya "The Grand Design". Ia menyebut Tuhan tidak ada hubungannya dengan penciptaan alam semesta.

Pernyataan itu mengundang reaksi dari kalangan umat beragama. Salah satunya  pemimpin umat Katolik, Paus Benediktus yang membantahnya mentah-mentah. Ia menegaskan, semesta tak tercipta karena faktor kecelakaan, Tuhan ada di balik segala macam teori ilmiah apapun soal penciptaan semesta, termasuk Big Bang -- dentuman maha besar yang mengawali pembentukan alam semesta sekitar 13,7 miliar tahun lalu.

Agama dan sains, dua entitas yang sama-sama penting dan bernilai seringkali ditempatkan dalam dua kutub berseberangan. Apakah harus seperti itu?

Sejumlah ilmuwan terkemuka Eropa sedang membuka diri untuk berdiskusi dengan dengan filsuf dan teolog, tentang topik asal usul segala sesuatu.

Acara yang digelar di Jenewa, Swiss bertujuan mencari "landasan bersama" antara agama dan sains tentang bagaimana alam semesta bermula. Konferensi ini diselenggarakan Center for Nuclear Research (CERN), yang baru-baru ini menemukan, Higgs boson yang berjuluk "partikel Tuhan".

CERN adalah rumah dari Large Hadron Collider (LHC) akselerator partikel terbesar di dunia, yang terpendam di bawah tanah daerah perbatasan Perancis-Swiss dekat Jenewa.

Acara dibuka oleh Profesor Jim Al-Khalili yang menjelaskan apa Higgs  boson dan mengapa penemuannya sangat penting.

Terkait topik debat, pembicara pertama dalam konferensi itu adalah Andrew Pinsent, direktur riset Ian Ramsey Centre for Science and Religion, Oxford University.

Menurutnya, sains berisiko, "mengubah manusia menjadi mesin", jika tidak diimbangi agama dan filosofi.

"Ilmu yang terisolasi mungkin sangat tepat untuk memproduksi barang-barang, tapi tak terlalu baik untuk menghasilkan sebuah ide," kata dia kepada BBC. "Einstein memulai pencariannya dengan sebuah pertanyaan yang biasa diajukan anak-anak, misalnya, apa yang akan terjadi jika seseorang menunggang balok cahaya." Dari kepolosan manusia macam itulah, kata Pinsent, sejatinya ilmu berasal.

Sementara, Prof Rolf Heuer, direktur CERN menjelaskan, temuan partikel Higgs boson menjelaskan "wawasan yang lebih dalam dan pemahaman tentang momentum pasca Big Bang". Ia berharap pada akhir konferensi, para peserta yang memiliki latar belakang berbeda akan mulai mendiskusikan asal usul alam semesta.

Sebaliknya, pihak penyelenggara lain, Dr Gary Wilton dari keuskupan  Canterbury di Brussel mengatakan, alih-alih menguak misteri, partikel Higgs justru menimbulkan banyak sekali pertanyaan tentang alam semesta, yang bahkan tak bisa dijawab sendiri oleh para ilmuwan. "Itulah sebabnya mereka butuh mengeksplorasinya bersama pemuka agama dan filsuf."

Debat panas
Disediakan waktu tiga hari untuk saling berdebat. Apalagi, salah satu pembicaranya adalah Prof John Lennox dari Oxford University. Di masa lalu ia memiliki reputasi sebagai kritikus vokal para ilmuwan atheis.

Serangan khusus ia lancarkan pada ilmuwan nyentrik, Stephen Hawking yang mengatakan Tuhan bukan pencipta alam semesta.

Dia menegaskan, Hawking salah. "Ketika Hawking berpendapat, hanya perlu menyalakan "kertas biru" untuk menggerakkan alam semesta, untuk mendukung teorinya bahwa alam semesta tercipta secara spontan, pertanyaannya dari mana "kertas biru" berasal, jika bukan dari Tuhan?," tulis Lennox.

Sementara, Dr Wilton menyambut baik konferensi yang menyatukan pandangan berbeda. "Para ilmuwan, teolog, dan filsuf bisa saling mendapat wawasan menyegarkan." (BBC | umi)

© VIVA.co.id 

0 Response to "Asal Usul Semesta, Debat Agama Versus Sains"

Post a Comment