Banzhushan adalah sebuah desa terpencil dengan pemandangan indah di
daerah Hunan, China. Desa yang namanya berarti 'gunung bambu chestnut'
ini juga dikenal sebagai desa bujangan, sebab mayoritas penduduk pria di
desa itu adalah perjaka tua. Di desa tersebut hampir tak ada wanita
muda. Kalaupun masih ada yang cukup muda, semuanya sudah menikah. Begitu
mencapai usia remaja atau dewasa, para wanita di desa ini memutuskan
pergi ke daerah lain. Hal ini menyebabkan kesempatan pria-pria lajang di
Banzhushan untuk menemukan pasangan hidup semakin sedikit.
Sulitnya
mencari istri adalah masalah utama yang harus dihadapi para pria di
Banzhushan. Duan Biansheng, seorang petani di Banzhushan yang berusia 35
tahun adalah salah satu contoh pria yang kesulitan mencari istri. Daun
mengaku kalau dia menginginkan seorang istri untuk merawat dan
menjaganya saat tua nanti. Ketika ditanya wanita seperti apa yang dia
inginkan menjadi istri, pria itu menjawab apa adanya, "Aku tidak punya
persyaratan apapun." Lebih lanjut pria ini menyampaikan kepada The
Guardian, "Bisa memiliki istri saja aku sudah puas."
Photo by The Guardian
Walaupun
begitu, Duan pesimis harapannya itu bisa terkabul. Menurut Duan sendiri
prospeknya untuk mendapatkan istri hampir tak ada. "Meskipun tadinya
banyak perempuan yang tinggal di sini dan kami tumbuh bersama, tetapi
mereka lebih memilih untuk mencari jodoh di luar sana." Kakak tertua
Duan adalah satu-satunya anak lelaki dalam keluarganya yang sudah
menikah. Dan karena itu dia harus pindah ke keluarga istrinya, berlainan
dengan tradisi China di mana wanita umumnya pindah ke rumah keluarga
suami. Kakaknya yang lain sudah berumur 40 tahun dan masih melajang
pula. Sementara saudara perempuannya mendapatkan suami yang cukup kaya
dari desa sebelah.
Para penduduk Banzhushan berpendapat kalau
buruknya prospek perjodohan para pria di sana diakibatkan karena
kemiskinan di sana. "Tiga puluh atau empat puluh tahun lalu ada saja
gadis yang mau menikahi pria-pria di sini," Kata Jin Shixiu, 54 tahun.
Tetapi keadaan itu sudah berubah sekarang. "Meskipun para pemuda di sini
bertemu dengan wanita dari desa lain, tetapi begitu perempuan-perempuan
itu melihat keadaan rumah kami dan betapa miskinnya kami, mereka
langsung kabur." Perempuan berusia senja ini sangat mendambakan cucu,
tetapi dia tidak berani berharap putera-puteranya akan menikah.
Masalah
kelangkaan wanita ini ternyata tidak hanya terjadi di Banzhushan.
Hampir seluruh daerah di China jumlah pria jauh lebih banyak daripada
wanita. Hal ini ternyata disebabkan karena peraturan yang dikeluarkan
pemerintah China pada tahun 80-an. Keluarga-keluarga di China hanya
diperbolehkan memiliki sedikit anak. Satu anak untuk keluarga yang
bermukim di desa dan dua anak untuk yang tinggal di kota. Karena
kebudayaan China menganggap anak lelaki lebih penting daripada anak
perempuan, akhirnya jumlah kasus aborsi terhadap bayi berjenis kelamin
perempuan jadi meningkat tajam. Ada juga usaha penyingkiran anak
perempuan dengan cara membuang anak perempuan ke panti yang disebut
'kamar sekarat'. Anak-anak perempuan ini dikumpulkan jadi satu,
dipasung, dan dibiarkan sampai mati. Praktik pembunuhan ini terungkap
berkat liputan yang dilakukan Lisa Ling, seorang reporter Amerika
Serikat beberapa tahun lalu.
Karena itulah dalam beberapa dekade
terakhir jumlah wanita di China menurun drastis. Menurut statistik yang
dikutip Marie Claire, jumlah penduduk wanita di China dalam beberapa
dekade terakhir berkurang setidaknya 35-40 juta, mengakibatkan rendahnya
kesempatan para pria di negeri tirai bambu tersebut untuk mendapatkan
istri. Di satu sisi, hal ini menyebabkan para wanita jadi punya
kesempatan yang lebih baik dalam memilih jodoh. Para wanita di sana
umumnya hanya mau menikahi pria China dengan kondisi finansial mapan.
Tetapi masalah ini juga turut meningkatkan jumlah kasus kejahatan
terhadap wanita.
http://www.merdeka.com/gaya/banzhushan-daerah-china-yang-dikenal-sebagai-desa-perjaka-tua.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Banzhushan, daerah China yang dikenal sebagai desa perjaka tua"
Post a Comment