Rerata kelahiran perempuan secara global, menurut Bank Dunia, menunjukkan anak lelaki lahir lebih banyak 5 persen dibanding bayi perempuan.
Masalah itu sudah terbukti memunculkan persoalan sosial serius di China, negara berpenduduk terbanyak sedunia. Pada 2012, di Negeri Tirai Bambu, setiap 100 bayi perempuan lahir maka bertambah 116 orok lelaki bersamaan.
"Secara total, ada kekurangan 34 juta perempuan bagi seluruh populasi lelaki di China," kata Editor Mirror Frankie Goodway.
Kondisi tersebut diperparah dengan kebijakan pemerintah China "satu anak per rumah tangga". Program keluarga berencana sejak 1979 tersebut memicu ledakan populasi lelaki di Negeri Panda itu.
Pelbagai faktor itulah yang akhirnya melahirkan tren baru di China yakni perayaan hari jomblo, sebagai versi tandingan Valentine. Hari ngenes ini dirayakan saban 11 November. Pada momen tersebut, setiap pasangan harus memberi hadiah pada sahabat atau saudara yang masih jomblo. Sebaliknya, yang belum berpasangan membeli barang buat diri sendiri.
Goodway menemukan data yang lebih menakutkan atas ketimpangan populasi di China. Pada 2013, 94 persen penduduk tidak menikah adalah lelaki. "Diperkirakan pada 2030 maka 1 dari 5 warga China heteroseksual di usia 30 tidak bisa menikah," ungkapnya.
Bagaimana dengan Indonesia? Kondisi belum terlalu parah, tapi tetap patut diwaspadai. Data CIA 2014 menunjukkan bahwa untuk ada kelebihan 1.05 lelaki setiap kelahiran bayi di Tanah Air.
Jadi, kaum jomblo jangan terlalu lama galau. Peluang berpasangan akan semakin menyempit.
http://www.merdeka.com/dunia/waspada-jomblo-dunia-makin-disesaki-lelaki-dibanding-wanita.html
0 Response to "Dunia makin disesaki lelaki dibanding wanita"
Post a Comment