Tak hanya kondisi fiskal negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang mendorong pelemahan, namun juga kondisi konsumsi yang menurun drastis membuat beberapa perusahaan raksasa harus rela memotong anggaran untuk operasi maupun gaji karyawan.
Kabar pemecatan santer diberitakan saat krisis Eropa mulai menyebar. Krisis yang diawali dari utang Yunani yang membengkak dan sulit terbayar ini telah menyebar hingga Asia.
Di sisi lain, banyak juga perusahaan yang tidak mampu bertahan seiring dengan perkembangan zaman. Kencangnya perkembangan inovasi menyingkirkan perusahaan yang tidak bisa bertahan melawan arus.
1. UBS
Bank terbesar asal Swiss, UBS berencana akan memecat 10.000 karyawan atau 16 persen dari total karyawan bank tersebut di seluruh dunia. Hal tersebut disebabkan oleh pendapatan perusahaan yang turun dan persyaratan modal yang meningkat.
Pemecatan tersebut akan menjadi pemecatan terbesar di sektor perbankan setelah krisis finansial 2008 lalu.
Menurut berita yang dilansir dari Reuters, pemecatan tersebut akan dibarengi dengan restrukturisasi yang akan menambal pendapatan operasional sehingga dapat memperkecil risiko bank tersebut.
Tahun lalu, UBS telah merencanakan untuk memecat sekitar 3.500 karyawan atau hanya 5 persen saja. Saat ini UBS mempunyai 60.000 karyawan di seluruh dunia.
Pemecatan tersebut dipicu oleh CEO UBS yang baru saja menjabat 13 bulan lalu, Sergio Ermotti. Bank tersebut telah menarik diri dari kegiatan investasi yang penuh risiko dan menggenjot insentif di sisi modal seiring dengan peraturan yang semakin ketat dari sisi modal perbankan.
UBS mengatakan bahwa pihaknya akan berkonsentrasi pada pengelolaan kekayaan, private banking dan pengelolaan aset pada bisnis.
2. Kodak
Perusahaan fotografi dan percetakan gambar terkenal ini telah berjuang melawan kebangkrutan sejak awal tahun lalu. Bahkan, pada Agustus lalu, Kodak telah menghentikan produksi kamera digitalnya.©
Hal tersebut dilakukan seiring perusahaan yang berencana menjual divisi produksi film kamera dan percetakan fotonya. Selain itu, perusahaan asal Amerika Serikat tersebut juga berusaha mengumpulkan pendapatan dari penjualan 1.100 paten gambar digitalnya untuk menutup kerugian.
Kondisi tersebut tak membuat keuangan Kodak semakin buruk. Kerugian Kodak melebar menjadi USD 312 juta di kuartal ketiga tahun ini. Pada periode yang sama tahun lalu kerugian Kodak mencapai USD 222 juta.
3. Research in Motion
Perusahaan pembuat ponsel pintar BlackBerry ini makin lama makin ditinggal oleh penggemarnya. Pasalnya, BlackBerry punya pesaing ketat yaitu Apple dan Samsung.
Jika tahun 2000-an BlackBerry dianggap teknologi paling canggih, kini kecanggihan tersebut seakan pudar. Apple dengan produk iPhone dan Samsung dengan produk Galaxy Note menjadi saingan berat BlackBerry.
Bahkan, petugas imigrasi Amerika Serikat yang sebelumnya diwajibkan untuk menggunakan BlackBerry, kini diwajibkan untuk ganti dengan iPhone.
Bahkan, salah satu analis finansial, pada kuartal ketiga ini RIM masih akan mencatatkan penurunan keuntungan hingga 31 persen dibandingkan pendapatan tahun lalu.
Hal tersebut diperburuk dengan rencana RIM yang telah mengundurkan rencananya untuk meluncurkan BlackBerry 10 dari akhir tahun ini menjadi awal tahun depan.
4. Sharp
Salah satu perusahaan elektronik asal Jepang, Sharp, adalah salah satu perusahaan pembuat televisi yang mendapatkan pukulan keras akibat salah langkah.
Kesalahan tersebut terletak pada Sharp yang telah menginvestasikan besar-besaran untuk pusat pembuatan LCD di Jepang.
Sayangnya, investasi Sharp bukan pada saat yang tepat. Pembuatan pabrik LCD tersebut bersamaan dengan penjualan LCD di dunia yang tengah menurun.
Pada kuartal ketiga tahun ini, Sharp telah membukukan kerugian sebesar JPY 249,1 miliar atau USD 3,11 miliar.
5. Panasonic
Perusahaan elektronik asal Osaka, Jepang, Panasonic diprediksi akan kembali merugi pada tahun keuangan yang berakhir pada Maret 2013 nanti. Hal tersebut meleset dari perkiraan awal tahun keuangan lalu yang memproyeksikan Panasonic akan menghasilkan laba Rp 6 triliun tahun ini.
Panasonic diperkirakan akan merugi JPY 765 miliar atau sekitar Rp 92 triliun. Hal tersebut hanya turun tipis dibandingkan kerugian tahun lalu yang mencapai JPY 772 miliar atau Rp 92,8 triliun.
Menurut berita yang dilansir dari CNN, kerugian tersebut dipicu oleh permintaan elektronik di Jepang yang semakin menurun.
Perusahaan itu, tulis CNN, saat ini tengah mencatat nilai dari investasi proyek-proyek yang terdahulu namun gagal karena telah tersaingi oleh kompetitor yang menciptakan teknologi lebih maju dan lebih murah. Beberapa teknologi tersebut antara lain panel surya, baterai lithium dan ponsel.
Keputusan tersebut juga telah mengakibatkan restrukturisasi di sektor televisi Panasonic tahun lalu. Sektor tersebut dianggap tidak menguntungkan lagi untuk Panasonic.
Selain itu, perusahaan tersebut juga menerima beban pajak yang tinggi yaitu JPY 412,5 miliar atau sekitar Rp 49,6 triliun.
Sementara itu Businessweek melaporkan kerugian tersebut akan memicu pemecatan lebih besar di tubuh perusahaan yang berumur 94 tahun ini. Padahal, sebelumnya perseroan telah memecat 39.00 karyawan tahun lalu.
http://www.merdeka.com/uang/5-perusahaan-raksasa-di-ambang-kebangkrutan/panasonic.html
0 Response to " 5 Perusahaan raksasa di ambang kebangkrutan"
Post a Comment