Antara Matematika dan Kim Kardashian




Siapakah perempuan paling cantik di dunia? Apakah Kim Kardashian atau adik tirinya, Kendall Jenner? Bagaimana dengan Angelina Jolie, Monica Bellucci, Gisele Bundchen, dan Miranda Kerr? Bagi penggemar film Bollywood, apakah perempuan cantik itu Deepika Padukone atau Priyanka Chopra?
Pada 1950 hingga 1960-an, barangkali Elizabeth Taylor memenuhi sebagian besar definisi perempuan cantik. Sebelum menikahi Elizabeth, Richard Burton menyanjung kecantikan bintang film kelahiran London itu. “Tubuh Elizabeth adalah satu keajaiban penciptaan, buah karya insinyur yang jenius,” kata Richard dikutip Guardian.
Nancy Etcoff, psikolog di Universitas Harvard dan penulis buku Survival of the Prettiest: The Science of Beauty, sepakat bahwa Elizabeth punya sejumlah modal yang membuatnya layak disebut perempuan cantik. Kulitnya terang, dengan mata yang bening dan lebar, rambutnya berombak seksi, dan punya tubuh dengan ukuran seperti perempuan-perempuan di majalah gaya hidup.
Amber Heard saat menghadiri pemutaran perdana film Danish Girl di Westwood, California, 2015.
Foto: Jason Merritt/Getty Images
“Elizabeth juga punya satu karakter fisik yang bagi sebagian besar orang tak membuatnya lebih menarik, tapi pada Elizabeth jadi pengecualian, yakni dagu yang kecil dan lancip,” kata Nancy kepada ABC. Sepanjang hidupnya, Elizabeth “Liz” Taylor selalu dirubung “kumbang-kumbang” yang bersaing merebut hatinya. Bahkan pengusaha kaya raya Howard Hughes pun bertekuk lutut oleh kecantikan Liz. Hingga akhir hidupnya, Liz Taylor menikah delapan kali.
Elizabeth Taylor, Cindy Crawford, Naomi Campbell, dan Michelle Pfeiffer adalah perempuan-perempuan cantik pada masanya. Tapi tak ada kemiripan di antara mereka. Charles Darwin, bapak teori evolusi, pun tak percaya bahwa kecantikan bisa didefinisikan, ditaksir, atau diukur. “Sudah pasti tidak benar bahwa di kepala laki-laki ada standar yang berlaku universal soal kecantikan,” kata Darwin. Apa yang dianggap cantik oleh seseorang belum tentu dinilai menarik oleh orang lain.
Kim Kardashian menempati posisi kedua perempuan tercantik, disusul supermodel Kate Moss dan bintang film Emily Ratajkowski."
Julian De Silva, dokter bedah plastik asal London
Dalam hal mencari jodoh, laki-laki suku Hadza, suku pemburu di Tanzania, sadar atau tidak, cenderung lebih menyukai perempuan dengan wajah mendekati simetris ketimbang perempuan dengan wajah asimetris. Kecenderungan laki-laki Hadza dalam hal selera wajah simetris, menurut Anthony C. Little, peneliti asal Universitas Bath, Inggris, jauh lebih kuat ketimbang laki-laki Inggris.
Laki-laki Inggris barangkali tak memasukkan kesimetrisan wajah sebagai ukuran bagi kecantikan perempuan. Tapi Victor Johnston, peneliti di Universitas Negeri New Meksiko, Amerika Serikat, membuktikan bahwa rata-rata laki-laki memang lebih menyukai perempuan dengan wajah berimbang antara bagian kiri dan kanan. Hampir semua perempuan cantik, menurut “selera” responden penelitiannya, memiliki kesimetrisan wajah mendekati sempurna.
Penelitian lain oleh tim dari Universitas Louisville juga menghasilkan kesimpulan yang sama. Tak peduli perempuan itu keturunan Latin, Afrika, atau Asia, “ukuran” kecantikan itu kurang-lebih sama.
* * *
Bintang film Helen Mirren di Los Angeles, Januari 2016.
Foto: Alberto E. Rodriguez/Getty Images
Sudah berabad peneliti, matematikawan, dan para filsuf berusaha memahami apa sebenarnya kecantikan perempuan itu. Dalam mitologi Yunani, Helen dari Troya, putri Zeus dan Leda, digambarkan sebagai sosok ideal perempuan cantik.
Plato, sang filsuf Yunani, menyimpulkan bahwa ada “aturan” yang berlaku pada wajah perempuan-perempuan cantik. Perempuan yang menarik, menurut Plato, seperti dikutip Charles Feng, peneliti di Universitas Stanford, mempunyai lebar wajah sekitar dua pertiga dari panjang wajahnya. Hidungnya tak lebih panjang dari jarak kedua mata.
Plato telah menyimpulkan “kriteria” perempuan cantik itu berabad-abad silam. Leonardo Da Vinci, si jenius dari Italia pada abad pertengahan, adalah salah satu yang meyakini bahwa tubuh manusia yang ideal mengikuti “aturan” proporsi tertentu.
Beberapa tahun lalu, Pamela Pallett dan Stephen Link dari Universitas California, San Diego, dan Kang Lee dari Universitas Toronto, Kanada, membuktikan bahwa ukuran yang menentukan kecantikan perempuan itu benar adanya. Menurut Pallett, kecantikan perempuan bisa diukur dari rasio lebar dan panjang bagian-bagian wajahnya.
Fotomodel Kate Moss saat menghadiri jamuan makan malam di Shaw Studios, Hong Kong, Maret 2015.
Foto: Moses Ng/Getty Images
Pada perempuan yang menawan, kata Pallet, jarak antara mata dan mulutnya kurang-lebih 36 persen dari panjang wajahnya. Tapi masih ada syarat lain. Jarak di antara kedua mata perempuan itu harus berkisar 46 persen dari lebar wajahnya. “Sejak zaman dulu, para peneliti gagal menemukan rasio ini,” kata Pallett dikutip Science Daily. “Orang-orang dari Yunani kuno percaya bahwa ada ‘Golden Ratio’ atau phi. Bahkan Leonardo Da Vinci pun, konon, memakai rasio itu saat melukis Mona Lisa. Tapi tak pernah ada bukti yang menyokong Golden Ratio. Dan ternyata memang bukan.”
Rasio Emas atau kadang disebut pula Rasio Fibonacci disusun mengikuti angka Deret Fibonacci, yakni 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, dan seterusnya. Rasio Emas ini terpenuhi jika a/b = a+b/b = φ = phi = 1,6. Misalnya, 3+5/5 atau 8+13/13. Menurut Pamela Pallett, bukan rasio ini yang jadi ukuran kecantikan perempuan.
Stephen R. Marquardt, profesor di Universitas Southern California, punya pendapat lain. Dia menyodorkan bukti analisnya bahwa Rasio Emas atau Rasio Fibonacci inilah yang jadi “standar” untuk mengukur kecantikan perempuan, bahkan sejak zaman Mesir Kuno. Stephen dan timnya menganalisis wajah-wajah “perempuan cantik” dari zaman ke zaman, dari Ratu Nefertiti dari Mesir Kuno, Madonna karya Raphael dari abad ke-16, artis Greta Garbo, hingga Marilyn Monroe. Mereka semua—tentu dalam derajat yang berbeda-beda—memenuhi Rasio Fibonacci.
Kim Kardashian di West Hollywood, California, Desember 2014.
Foto: Alberto E. Rodriguez/Getty Images
Sekarang Stephen punya pendukungnya. Dia adalah Julian De Silva, dokter bedah plastik asal London, Inggris. Dengan menggunakan standar Rasio Emas, Dokter Julian menghitung “skor kecantikan” perempuan-perempuan cantik di dunia. “Sudah lama rasio phi dianggap sebagai rahasia kecantikan perempuan, sekarang kami menerapkannya pada perempuan di dunia nyata,” kata Julian, dikutip Daily Mail.
Menurut perhitungan Dokter Julian, Kim Kardashian menempati posisi kedua perempuan tercantik, disusul supermodel Kate Moss dan bintang film Emily Ratajkowski. Adik Kim, Kendall Jenner, ada di urutan ke-5. Bintang senior Helen Mirren pun ada di daftar itu, tepat di bawah Kendall. Perempuan paling cantik menurut Dokter Julian adalah Amber Heard, istri bintang film Johnny Depp.
Cara Julian menghitung kecantikan ini dikritik sejumlah matematikawan. “Tak ada bukti dan argumen ilmiah dari semua klaim itu,” kata John Allen Paulos, matematikawan di Universitas Temple. Keith Devlin, jago matematika dari Universitas Stanford, berpendapat “riset” soal Rasio Emas ini lebih banyak dilandasi keyakinan ketimbang didasari pertimbangan ilmiah. “Mereka berpendapat bahwa hal ini benar karena mereka mempercayainya, padahal kesimpulan mereka sama sekali bukan fakta,” kata Keith kepada Independent.

http://x.detik.com/detail/sains/20160805/Antara-Matematika-dan-Kim-Kardashian/index.php

0 Response to "Antara Matematika dan Kim Kardashian"

Post a Comment