Ada yang menjadi penasihat kunci suami, namun ada pula yang kemaruk uang dan jabatan.
Pepatah mengatakan, di belakang lelaki
sukses, pasti ada perempuan hebat. Demikian pula di belakang presiden
sukses, ada ibu negara hebat. Sejarah membuktikan, banyak presiden
mencapai kesuksesan dan menuai pujian berkat pengaruh istrinya, namun
ada pula yang dikecam akibat ulah istrinya.
Tiga hari belakangan ini, media massa
ramai memberitakan bocoran WikiLeaks yang dimuat harian The
Australian yang mengungkap penyadapan terhadap Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) dan istrinya, Ani.
Kabel diplomatik “rahasia”
yang dikirimkan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta
kepada diplomat AS di Canberra, Australia dan CIA itu menyebut ada
pemain yang menjadi penasihat penting bagi SBY, yang tak lain adalah
istrinya sendiri. Tak tanggung-tanggung, Ani bahkan disebut
mengorbankan penasihat kunci suaminya.
“Ibu negara (Ani Yudhoyono) diduga
telah memanfaatkan akses kepada presiden untuk membantu
teman-temannya dan menjatuhkan lawannya, termasuk Wakil Presiden
(Jusuf) Kalla,” tulis kabel tersebut, Minggu (15/12), seperti
dikutip dari The Australian.
Sumber di WikiLeaks juga menyebutkan Ani
adalah satu-satunya orang yang mendapat kepercayaan penuh dari
presiden dalam menghadapi setiap isu, terutama ketika menuju paruh
kedua masa jabatannya. Hal ini sampai membuat Menteri Sekretaris
Negara Sudi Silalahi, yang selama ini menjadi penasihat presiden,
frustrasi bahkan hampir saja mengundurkan diri.
Ani juga disebut berambisi menjadikan
dirinya calon presiden 2014 demi memuluskan putra sulungnya, Agus
Harimurti Yudhoyono, menjadi calon presiden 2019.
WikiLeaks juga mengungkapkan kedekatan
Ani dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical). Ini
dilakukan setelah Ical di-reshuffle dari jabatannya sebagai Menko
Bidang Perekonomian tahun 2005. Kedekatan Ical dengan ibu negara ini
sempat membuat hubungan antara Jusuf Kalla (JK) dengan Ani berada di
ujung tanduk. Saat itu, JK ingin kembali berpasangan dengan SBY pada
2009.
Hingga kini, belum ada yang bisa
memastikan kebenaran bocoran WikiLeaks ini. Hal yang jelas, pihak
Istana, Partai Demokrat, termasuk sejumlah politikus dari partai
politik lainnya menyangsikan kesahihan berita ini.
Menolak Poligami
Bicara soal ibu negara berpengaruh,
istri presiden kedua Republik Indonesia, Ibu Tien Soeharto, juga
santer terdengar sangat memengaruhi suaminya. Salah satunya menjadi
otak di balik terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No 10 Tahun 1983
yang melarang pegawai negeri sipil (PNS) berpoligami karena ia tidak
ingin dimadu.
Kekhawatiran Ibu Tien ini terungkap
dalam buku Pak Harto: The Untold Stories, ketika mantan ajudan
Soeharto, Brigjen TNI (Purn) Eddie Marjuki Nalapraya, mengungkapkan
kisah saat akan pergi memancing bersama Soeharto di Pelabuhan Ratu,
Sukabumi, Jawa Barat.
Saat itu, mereka sudah berada di dalam mobil
dan Ibu Tien sambil tersenyum jenaka tiba-tiba mengetuk kaca mobil.
“Jangan memancing ikan yang rambutnya panjang, ya!” kenang Eddie.
Mendengar pesan istrinya, Soeharto ikut tersenyum.
Seakan membantah pembuatan PP No 10
Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS ini akibat
“dipaksa” istrinya, Soeharto berusaha menjelaskan latar belakang
penerbitan PP itu lewat bukunya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan
Tindakan Saya.
Dikatakan mantan penguasa Orde Baru
itu, kemenangan gerakan perempuan di Indonesia adalah dengan
diundangkannya Undang-Undang (UU) No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
yang ingin meningkatkan harkat dan martabat perempuan. UU Perkawinan
itu lalu dilengkapi dengan PP No 10 Tahun 1983 bagi PNS yang menjadi
penangkal kawin cerai.
"Terhadap mereka yang memberi
contoh tidak baik, kita harus mengambil tindakan. Tidak mungkin
seorang pemimpin yang melakukan hal-hal yang tidak baik kita diamkan
saja. Kalau kita biarkan saja, pengaruhnya pun dengan sendirinya
tidak akan baik," tutur Soeharto.
Penyelamat Suami
Ibu negara lain yang dikabarkan
memiliki pengaruh kuat terhadap suaminya adalah Hillary Clinton. Hal
ini terungkap dalam buku For Love of Politics yang ditulis Sally
Bedell Smith. Hillary disebut sering menolak masukan-masukan penting,
seperti bahasa yang dipakai dalam pidato presiden.
Dalam satu
insiden, setelah Presiden Bill Clinton terlihat goyah pada
komitmennya terkait proposal perawatan kesehatan universal yang
diusulkan istrinya di sebuah acara di Boston tahun 1994, Hillary yang
sangat peduli pada isu-isu kesehatan dan kesejahteraan, melampiaskan
kemarahannya di Gedung Putih.
“Dia (Hillary) mengangkat telepon,”
tulis Smith, “dan mengatakan pada operator, 'Sambungkan saya pada
Presiden.' Beberapa saat kemudian, Bill tersambung di ujung telepon.
'Apa (sumpah serapah) yang kamu lakukan di sana?' teriak Hillary.
'Saya ingin bertemu denganmu segera setelah kamu pulang.'
“Beberapa jam kemudian,” tulis buku
itu, “Bill tiba dengan naik helikopter dan berjalan menuju Ruang
Resepsi Diplomatik, di mana seorang ajudan telah menunggu untuk
mengawalnya ke lantai atas.”
Smith juga menulis, mantan Menteri
Kesehatan dan Layanan Masyarakat Donna Shalala mengatakan bahwa
Hillary memaksa suaminya menandatangani reformasi UU Kesejahteraan
pada 1996 – setelah memveto dua RUU sebelumnya.
Hillary tampil menjadi penyelamat
suaminya ketika beredar rumor dan tuduhan bahwa Bill berselingkuh.
Pada 1992, Hillary membela Bill sekaligus mempertahankan pernikahan
mereka dalam wawancaranya di acara 60 Minutes yang dinilai
menyelamatkan suaminya yang tengah mengikuti kampanye pemilihan
presiden, setelah ramai dikabarkan berselingkuh dengan Gennifer
Flowers.
Pada 1995, ketika skandal
perselingkuhan Bill dengan seorang karyawan magang di Gedung Putih
Monica Lewinsky terkuak, Hillary berhasil mendapatkan simpati
masyarakat berkat responsnya yang kuat dan bijaksana dalam menanggapi
masalah ini.
Dia kembali menegaskan komitmennya untuk mempertahankan
pernikahannya, dan popularitasnya meningkat secara signifikan, bahkan
ketika suaminya diancam untuk dilengserkan.
Ibu Negara Korup
Ibu negara yang satu ini menjadi orang
yang sangat dipercaya suaminya, tapi juga dikenal “korup” dan
gila jabatan. Dia adalah Imelda Marcos, yang juga menjadi salah satu
pemimpin paling berpengaruh di Filipina pada 1970-an dan awal
1980-an.
Setelah suaminya, Ferdinand Marcos, menjadi presiden
Filipina tahun 1965, Imelda menduduki sejumlah posisi penting.
Mulai
dari gubernur Metro Manila, duta besar keliling hingga menjadi
anggota Majelis Nasional Interim Filipina, meskipun pemilihannya
dinodai tuduhan terjadinya kecurangan suara besar-besaran. Melalui
semua posisi itu, dia bisa mengalokasikan dana untuk proyek-proyek
yang tak terhitung jumlahnya.
Pascaterbunuhnya tokoh oposisi Benigno
Aquino, Agustus 1983, bersamaan dengan menurunnya kesehatan suaminya,
Imelda menjadi juru bicara utama untuk pemerintah Filipina. Perannya
yang menonjol ini membuat banyak analis berasumsi bahwa ia siap-siap
menggantikan suaminya yang diktator jika satu saat nanti meninggal
dunia atau mundur dari jabatannya.
Namun, Februari 1986, Marcos akhirnya
berhasil digulingkan melalui Revolusi Rakyat yang dipimpin Cory
Aquino, janda Benigno Aquino, yang kemudian menggantikan Marcos.
Imelda dan suaminya beserta ratusan anggota keluarga dan
teman-temannya lari ke Hawaii. Di Istana Malacanang, Imelda
meninggalkan bukti bahwa ia seorang gila belanja, yang hobi
mengoleksi perhiasan, pakaian termasuk ribuan pasang sepatu.
Imelda tinggal di pengasingan bersama
suaminya di Hawaii hingga meninggal dunia tahun 1989 dan kembali ke
negaranya tahun 1991. Setahun kemudian, Imelda mencalonkan diri
sebagai presiden, namun gagal karena hanya mendapatkan 8 persen
suara. Namun, November 1995, Imelda kembali ke panggung politik
ketika terpilih sebagai anggota parlemen dengan suara terbanyak.
Tahun 2010, pengadilan antikorupsi
Filipina memerintahkan Imelda mengembalikan uang sekitar US$ 230.000
ke kas negara. Uang itu adalah hasil korupsi saat suaminya masih
menjabat presiden Filipina. Jumlah ini tidak sebanding dengan uang
negara yang dikorupsi Marcos selama 21 tahun menjadi penguasa
Filipina, yang diperkirakan mencapai US$ 11 miliar.http://shnews.co/detile-29742-pengaruh-ibu-negara-.html
0 Response to "Pengaruh Penting Ibu Negara terhadap Presiden"
Post a Comment