Cerita Ajudan Soal Sosok Jokowi
Ke mana pun Joko Widodo (Jokowi) pergi, keempat pria berambut cepak ini selalu setia mengikuti. Mereka selalu bersiaga dengan headset warna putih di telinga layaknya agen-agen rahasia di film. Keempat pria ini tak lain adalah ajudan Jokowi yang selalu menempel sang calon gubernur DKI Jakarta itu selama menjalankan aktivitasnya di Ibu Kota. Beberapa di antara mereka adalah anggota kepolisian, sisanya adalah ajudan pribadi Jokowi.
Banyak kenangan yang didapat para ajudan ini selama mengikuti Jokowi. Salah satunya adalah Kuntoro. Pria asli Solo, Jawa Tengah, ini mengakui bahwa sosok Jokowi berbeda dengan pejabat lainnya. Meski sudah menjadi orang penting dengan posisi Wali Kota Solo, Jokowi tidak suka protokoler yang kaku.
"Bapak orangnya biasa-biasa saja. Enggak terlalu suka diatur-atur," ujar Kuntoro.
Jika dalam kerumunan, lanjutnya, para ajudan selalu berusaha memberikan batas kepada warga agar tidak terlalu dekat dengan Jokowi. Namun, hal ini yang paling tidak disukai Jokowi. Dengan nada datar, Jokowi biasanya langsung menginstruksikan agar ajudannya tidak menghalang-halangi warga yang ingin bersalaman ataupun berfoto bersama. Hal lucu pernah terjadi pada Kuntoro saat menjaga Jokowi di tengah kerumunan.
"Saya pernah disangka copet karena menghalang-halangi warga dan tangan saya kena badannya. Ha-ha-ha. Jadi, setelah itu kami pakai seraham batik merah ini," kenang Kuntoro.
Ketidaksukaan Jokowi akan protokoler juga ditunjukkannya di meja makan. "Pernah kami para ajudan makan di meja sendiri, bapak di meja satunya lagi makan sendiri. Ternyata Bapak minta kami makan saja satu meja sama dia. Jadi, sekarang kalau makan, ya, sama-sama semeja dengan ajudannya," kata Kuntoro.
Dalam hal makanan, Jokowi pun tidak memiliki menu favorit. Di mata Kuntoro, Jokowi sangat sederhana. Dia melahap semua makanan yang diberikan kepadannya. "Semua makanan enak kayaknya buat bapak. Ha-ha-ha," ujar Kuntoro.
Kendati tidak memiliki menu favorit, Kuntoro menuturkan, Jokowi sangat senang makan di warung tegal (warteg). "Suka buanget dia makan di warteg pas putaran pertama. Sampai kami (ajudan) bercanda ke bapak, 'Pak, jauh-jauh ke Jakarta jangan makan warteg terus'," ujar Kuntoro.
Jokowi di hari pencoblosan
Mobil Kijang Innova putih menjadi kendaraan favorit Jokowi selama di Jakarta. Di balik kemudi Innova ini, Kuntoro-lah yang memegang kendali setir. Dari pagi hingga tengah malam, Kuntoro mengantar Jokowi beraktivitas.
Selama berada di dalam mobil, Kuntoro mengaku, tak banyak yang dibicarakan Jokowi. Pria yang memulai kariernya sebagai pengusaha mebel ini lebih banyak istirahat ataupun memantau berita melalui surat kabar terkait pilkada. Pada hari pemungutan suara dilakukan, Jokowi sempat berbincang santai dengan ajudan-ajudannya soal euforia pesta demokrasi di Jakarta. Namun, tak pernah sekali pun Jokowi berbicara soal pesaing-pesaingnya.
"Dia orangnya nggak suka ngomongin orang lain. Maunya fokus ke dia aja," ujar Kuntoro.
Pada Kamis pagi itu, jadwal Jokowi cukup padat. Sedari pagi, para ajudan sudah harus bersiap. Pukul 08.00, Jokowi pun bertolak menuju rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Di halaman rumah Mega, Jokowi terlihat lebih banyak menunggu di luar rumah bersama para ajudannya. Sesekali dia berbincang sambil menyeka hidungnya.
"Selama pilkada, Bapak nggak pernah ngeluh, tapi baru hari ini dia sepertinya flu. Nggak enak badan," ucap Kuntoro.
Menunggu selama satu jam, Jokowi bersama rombongan Megawati kemudian bertolak ke TPS 31 Kebagusan untuk mencoblos. Belum sempat makan siang, Jokowi buru-buru pergi ke rumah Jusuf Kalla di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Puluhan wartawan yang baru saja akan makan siang pun dibuatnya kalang kabut menuju kendaraan masing-masing melihat Jokowi tiba-tiba melenggang keluar. Agenda bertemu dengan Jusuf Kalla ini memang terbilang mendadak karena tidak ada dalam agenda resmi.
Setelah bertemu selama 30 menit dengan mantan Wakil Presiden RI itu, Jokowi lalu beristirahat sejenak di sebuah rumah makan di kawasan Menteng.
Namun, lagi-lagi, baru saja makan siang dihidangkan, dengan langkah cepat Jokowi bergegas meninggalkan ruangan. Puluhan peliput meninggalkan meja makan dan mendekati Jokowi. Saat itu, sejumlah lembaga survei tengah melakukan proses hitung cepat dan hasilnya Jokowi-Basuki unggul dari Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
Saat dikerumuni wartawan, Jokowi tampak sibuk menerima telepon. Rupanya telepon itu berasal dari pesaing kuatnya, Fauzi Bowo, yang mengucapkan selamat. "Saya bangga sama Bapak, hasilnya bagus," ujar Kuntoro.
Setelah memberikan keterangan beberapa menit, Jokowi kembali melesak masuk ke dalam mobil Toyota Innova warna putih. Para ajudan langsung berhamburan masuk ke mobil Innova itu dan beberapa di antaranya ke mobil Innova warna silver.
Suasana kemenangan semakin terasa saat rombongan tiba di markas Jokowi-Basuki, Kamis sore. Jokowi datang langsung sujud syukur. Di markas itu, ratusan relawan kotak-kotak meneriakkan yel-yel dukungan Jokowi-Basuki hingga menggema. Selama berada di markas, para ajudan tampak mencuri waktu untuk beristirahat. Di dalam ruang pers, beberapa ajudan, termasuk Kuntoro, tampak melepaskan lelah dengan duduk santai bersama wartawan.
Sementara itu, suasana di dalam ruangan dipadati puluhan kru media massa lokal, nasional, hingga internasional yang tengah antre mewawancarai Jokowi dan Basuki di dua kamar terpisah. Hari itu terbilang melelahkan. Jokowi-Basuki melakukan jumpa persnya yang terakhir sekitar pukul 21.30. Saat itu, suara Jokowi sudah berat akibat flu yang dideritanya.
"Saya turuti permintaan pers 24 jam saya bisa diwawancarai. Kalau nggak percaya, habis ini ke rumah saya juga, saya mau diwawancara. Saya tidak mau pilih-pilih," tutur Jokowi dengan nada serak.
Kendati melelahkan, Kuntoro menikmati setiap saatnya menemani Jokowi selama perhelatan Pilkada DKI berlangsung. Dia berharap agar Jokowi nantinya bisa memberikan harapan dan kemajuan baru bagi Ibu Kota. Sedikit malu-malu, Kuntoro pun berharap masih bisa menemani Jokowi saat menjadi gubernur nanti.
0 Response to "Cerita Ajudan Soal Sosok Jokowi "
Post a Comment