Sebagai negara
berkembang, Pemerintah Indonesia berupaya agar pembangunan di segala
lini terus dilakukan, baik itu pembangunan ekonomi, pembangunan daerah
tertinggal maupun pembangunan kekuatan pertahanan. Pembangunan kekuatan
pertahanan merupakan keharusan karena kekuatan militer suatu negara
menunjukan kuatnya pertahanan negara.
Kemajuan alutsista sangat berpengaruh terhadap pertahanan
negara bahkan bisa berpengaruh terhadap kedudukkan negara dalam
diplomasi politik Internasional. Kekuatan pertahanan juga harus terus
diperkuat mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dan sangat luas
berpotensi adanya ancaman keamanan nasional.
Contohnya pelanggaran wilayah perbatasan darat, gangguan
keamanan di laut dan pelanggaran wilayah yurisdiksi laut, pemanfaatan
ruang udara nasional secara ilegal, dan upaya-upaya penguasaan wilayah
Indonesia oleh negara lain.
Kekuatan pertahanan Indonesia kini sudah tak bisa lagi
dianggap remeh. Bahkan, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan
berkeyakinan TNI akan memiliki daya kekuatan yang terbesar di antara
negara lain di Asia Tenggara mengingat pada tahun 2014 sejumlah
alutsista milik tiga matra akan memasuki masa panen, dimana akan
berdatangan ke Indonesia.
Keberhasilan pemerintah dalam pengadaan alat utama sistem
pertahanan (alutsista) membuat banyak pihak yakin TNI akan memiliki
kekuatan yang cukup memadai, seperti diungkapkan oleh Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro.
"Renstra pertama (2010-2014), kekuatan TNI yang terkuat di
Asia Tenggara lantaran pengadaan alutsista oleh pemerintah yang
melengkapi TNI AL, TNI AU dan TNI AD dengan senjata dan peralatan baru,"
kata Purnomo beberapa waktu lalu.
Kekuatan TNI Angkatan Udara akan terus meningkat. Bahkan,
ada 102 alat utama sistem senjata (alutsista) baru pada rencana
strategis pembangunan TNI AU tahun 2010-2014, seperti pesawat tempur
F-16, T-50i, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules,
Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 dan radar.
"Pada tahun 2014 ini, sejumlah pesawat tempur yang telah
dipesan akan berdatangan dan semakin memperkuat TNI AU," kata Menhan
saat serah terima pesawat tempur T-50i produksi Korea Selatan di Lanud
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (13/2).
Menurut dia, ke-16 unit pesawat tempur ringan bermesin jet
T-50i Golden Eagle buatan Korea Selatan itu juga menambah kekuatan
Alutsista TNI AU.
Pesawat tempur T-50i yang dibeli Pemerintah Indonesia
dengan nilai kontrak sebesar 400 juta Dollar Amerika ini akan digunakan
sebagai pesawat pengganti Hawk MK-53 yang menjadi bagian dari Skuadron
Udara 15, Lanud Iswahyudi Madiun, di bawah Komando Operasi AU-II.
"Pesawat ini akan meningkatkan peran TNI dalam mengemban
tugas yang lebih besar dalam menghadapi tantangan yang lebih kompleks
dimasa mendatang," kata Purnomo.
Pesawat T-50i adalah pesawat latih supersonik buatan
Amerika-Korea Selatan dan dikembangkan oleh Korean Aerospace Industry
dengan bantuan Lockheed Martin.
Pesawat ini mampu ditempatkan digaris depan sebagai Light Fighter yang
dilengkapi dengan peralatan tempur. (Missile Guided/Unguided, Rocked,
Bomb, Canon 20 mm serta radar.
"Dengan kehadiran pesawat T-50i tersebut, maka status
pembangunan kekuatan matra udara pada renstra 2010-2014 dalam rangka
modernisasi Alutsista yaitu skadron pesawat tempur strategis Sukhoi
telah lengkap sebanyak 16 unit," ujarnya.
Selain itu, lanjut Menhan, tahun ini akan datang pesawat
tempur F-16 setara Blok 52 buatan Amerika Serikat sebanyak 24 unit.
Sampai awal semester II tahun 2014 akan hadir 16 pesawat tempur Super
Tucano untuk melengkapi 1 skadron dalam rangka mendukung operasi
pengamanan dalam negeri.
Disamping itu, juga akan segera tiba UAV (pesawat terbang
tanpa awak) untuk mengisi skadron UAV dalam rangka memperkuat operasi
pemantauan perbatasan yang dipusatkan di Lanud Supadio Pontianak.
Menhan juga mengungkapkan, untuk pesawat angkut sedang,
secara berurutan telah tiba di Indonesia sebagian besar dari 9 unit
pesawat CN-295 yang merupakan hasil kerjasama produksi antara PT DI
dengan Airbus Military dan rencananya akan menjadi 1 skadron CN-295, dan
2 unit CN-235 serta 1 unit Casa-212 untuk angkut ringan.
Dalam rangka mendukung kegiatan airlif dan OMSP, telah
dilakukan penambahan kekuatan sebanyak 9 unit pesawat angkut berat
Hercules C-130H yang sudah mulai tiba secara bertahap.
TNI AU juga telah menerima dan mengoperasikan pesawat latih
lanjut KT-1B Wong Be buatan Korea Selatan yang digunakan oleh Tim
Aerobatik TNI AU, Jupiter sebanyak 1 skadron. Selain itu, peremajaan
pesawat-pesawat latih TNI AU telah dilakukan dengan mengganti pesawat
latih T-34 C dan AS-202 Bravo yang sudah berusia sekitar 30 tahun dengan
pesawat latih generasi baru yaitu Grob G-120 TP buatan Jerman sebanyak
18 unit yang direncananya akan menjadi 24 unit.
Menhan menambahkan, untuk rotary wing, telah ditambah
beberapa jenis Helikopter yaitu Helly Super Puma NAS-332 sebanyak 3 unit
dan Helly Full Combat SAR EC-725 Caugar dari Euro Copter sebanyak 6
unit.
Sedangkan untuk pertahanan udara nasional, telah diperkuat
dengan pengadaan PSU (Penangkis Serangan Udara) sebanyak 3 batere/6
firing unit buatan Rainmetall Air Defence Switserland untuk
satuan-satuan di Korps Paskhas TNI AU 7 unit radar canggih yang telah
dan akan dipasang di beberapa lokasi antara lain Merauke, Saumlaki,
Timika dan Morotai.
Khusus TNI Angkatan Darat, selain membeli 114 unit tank
leopard, pemerintah juga mengadakan 28 unit helikopter dan delapan unit
Apache tipe AH-64E. Tepatnya sebanyak 30 unit Leopard dan 21 Marder akan
tiba sebelum bulan september 2014.
Demikian pula dengan Meriam Caesar, dimana dari 37 unit, 4
unit diantaranya akan tiba sebelum Oktober 2014. Sementara untuk roket
MLRS Astros II akan tiba 13 unit sebelum Oktober 2014. Masih dari
TNI-AD, rudal pertahanan udara jenis Starstreak serta Mistral
dijadwalkan juga tiba sebelum Oktober 2014, khususnya Mistral akan
datang sebanyak 9 unit pada Juni 2014.
Sementara itu untuk matra laut, terdapat Upgrade Kapal
perang korvet kelas Fatahillah, Kapal latih pengganti KRI Dewaruci,
pengadaan 2 unit Kapal Hidro Oceanografi, dan lain lain. Untuk tank
amfibi BMP-3F sebanyak 37 unit, beberapa diantaranya sedang dalam proses
uji terima.
Sementara panser amfibi BTR-4 sebanyak 5 unit, dimana 2 unit diantaranya akan tiba di tanah air pada September 2014.
Target MEF 42 PERSEN
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menargetkan tahun 2014 ini kekuatan
pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF) pada rencana strategis I
dapat mencapai 40-42 persen.
"MEF pada 2013 telah lampaui target 28,7 persen. Pada 2014
diharapkan mencapai 40-42 persen," kata Panglima TNI usai membuka Rapat
Pimpinan (Rapim) TNI 2014 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu
(8/1).
Masyarakat Indonesia bisa melihat sendiri bagaimana kekuatan
alutsista TNI di 2014 ini, diantaranya adalah sejumlah Alutsista yang
akan datang pada tahun ini untuk memperkuat matra darat, laut dan udara.
Kementerian Pertahanan optimistis pencapaian kekuatan pokok
minimal dapat dilakukan pada 2019 atau lebih cepat lima tahun dari
target yang telah ditentukan pada 2024. Pada awalnya pencapaian MEF
ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata
bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019).
Pencapaian MEF yang lebih cepat lima tahun dari yang
ditargetkan itu merupakan sebuah terobosan dan keberhasilan berkat
besarnya APBN yang digelontorkan ke Kemhan. Anggaran pertahanan pada
2013 mencapai Rp 77 Triliun, namun pada 2014 ini meningkat menjadi
Rp83,4 Triliun.
Transformasi TNI AD
TNI Angkatan Darat (AD) akan lebih
memfokuskan diri untuk melakukan transformasi organisasi pada 2014 ini
guna menghadapi rencana strategis II periode 2015-2019.
"Transformasi ini akan disesuaikan dengan perkembangan
lingkungan strategis yang mungkin dihadapi Indonesia pada lima hingga
sepuluh tahun ke depan. Hal ini dilakukan agar TNI AD semakin
profesional dan mampu menjawab tuntutan dan perkembangan jaman," kata
Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Budiman usai membuka Rapat Pimpinan
(Rapim) 2014 TNI AD, di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Rabu (15/1).
Pertambahan alutsista membuat TNI AD harus segera mendesain
ulang organisasi. Jika dulu TNI AD hanya memiliki meriam 105 mm yang
jarak ledaknya hanya 12 kilometer, saat ini sudah memiliki meriam 155 mm
dengan daya jangkau 42 kilometer.
TNI AD juga sudah memiliki Multilauncher Rocket System (MLRS)
dengan daya jangkau hingga 100 kilometer. "Kita juga punya tank
(Leopard) yang kapabilitasnya luar biasa," ujarnya.
Ada pula penangkis serangan udara yang kemungkinan
perkenaannya mencapai 96 persen. Semua itu bisa didapat walaupun
anggaran belanja pertahanan Indonesia masih kurang dari satu persen GDP.
"Bahkan, kita sudah bisa membuat beberapa alutsista sendiri," ucapnya.
http://www.antaranews.com/berita/420542/kekuatan-alutsista-tni-yang-mulai-diperhitungkan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Kekuatan alutsista TNI yang mulai diperhitungkan"
Post a Comment