Hari Buruh di Indonesia
Indonesia pada tahun 1920 juga mulai memperingati hari Buruh tanggal 1 Mei ini.
Ibarruri Aidit (putri sulung D.N. Aidit) sewaktu kecil bersama ibunya
pernah menghadiri peringatan Hari Buruh Internasional di Uni Sovyet,
sesudah dewasa menghadiri pula peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei
1970 di Lapangan Tian An Men RRC pada peringatan tersebut menurut dia
hadir juga Mao Zedong, Pangeran Sihanouk dengan istrinya Ratu Monique,
Perdana Menteri Kamboja Pennut, Lin Biao (orang kedua Partai Komunis
Tiongkok) dan pemimpin Partai Komunis Birma Thaksin B Tan Tein.
Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori
aktivitas subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi
komunis. Konotasi ini jelas tidak pas, karena mayoritas negara-negara
di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan
juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei
sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap
tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan
demonstrasi di berbagai kota.
Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1
Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak
peringatan May Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan
destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori
"membahayakan ketertiban umum". Yang terjadi malahan tindakan represif
aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada
paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah subversif dan
didalangi gerakan komunis
Aksi May Day 2006 terjadi di berbagai kota di Indonesia, seperti di
Jakarta, Lampung, Makassar, Malang, Surabaya, Medan, Denpasar, Bandung,
Semarang, Samarinda, Manado, dan Batam.
Di Jakarta unjuk rasa puluhan ribu buruh terkonsentrasi di beberapa
titik seperti Bundaran HI dan Parkir Timur Senayan, dengan sasaran utama
adalah Gedung MPR/DPR di Jalan Gatot Subroto dan Istana Negara atau
Istana Kepresidenan. Selain itu, lebih dari 2.000 buruh juga beraksi di
Kantor Wali Kota Jakarta Utara. Buruh yang tergabung dalam aksi di
Jakarta datang dari sejumlah kawasan industri di Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang tergabung dalam berbagai
serikat atau organisasi buruh. Mereka menolak revisi Undang-undang Nomor
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang banyak merugikan kalangan
buruh.
Tapi sejak masa pemerintahan Orde Baru hari Buruh tidak lagi diperingati
di Indonesia, dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur
untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan ekonomi. Ini
disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham
komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di Indonesia.
Tahun 2007
Di Jakarta, ribuan buruh, mahasiswa, organisasi kepemudaan, dan
masyarakat turun ke jalan. Berbagai titik di Jakarta dipenuhi para
pengunjuk rasa, seperti Kawasan Istana Merdeka, Gedung MPR-DPR-DPD,
Gedung Balai Kota dan DPRD DKI, Gedung Depnaker dan Disnaker DKI, serta
Bundaran Hotel Indonesia.
Di Yogyakarta, ratusan mahasiswa dan buruh dari berbagai elemen memenuhi
Kota Yogyakarta. Simpang empat Tugu Yogya dijadikan titik awal
pergerakan. Buruh dan mahasiswa berangkat dari titik simpul Tugu Yogya
menuju depan Kantor Pos Yogyakarta. Di Solo, aksi dimulai dari
Perempatan Panggung yang dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju
Bundaran Gladag sejauh 3 km untuk menggelar orasi lalu berbelok menuju
Balaikota Surakarta yang terletak beberapa ratus meter dari Gladag. Aksi
serupa juga digelar oleh dua ratusan buruh di Sukoharjo. Massa aksi
tersebut mendatangi Kantor Bupati dan Kantor DPRD Sukoharjo. Di Bandung,
para buruh melakukan aksi di Gedung Sate dan bergerak menuju Polda Jawa
Barat dan kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinaskertrans)
Jawa Barat. Di Serang, ruas jalan menuju Pandeglang, Banten, lumpuh
sejak pukul 10.00 WIB. Sekitar 10.000 buruh yang tumplek di depan Gedung
DPRD Banten memblokir Jalan Palima. Di Semarang, ribuan buruh berunjuk
rasa secara bergelombang sejak pukul 10.00 WIB. Mengambil start di depan
Masjid Baiturrahman di Kawasan Simpang Lima, Kampus Undip Pleburan, dan
Bundaran Air Mancur di Jalan Pahlawan, lalu menuju gedung DPRD Jawa
Tengah. Sekitar 2 ribu buruh di kota Makassar mengawali aksinya dengan
berkumpul di simpang Tol Reformasi. Dari tempat tersebut, mereka
kemudian berjalan kaki menuju kantor Gubernur Sulsel Jl Urip Sumoharjo.
Di kota Palembang, aksi buruh dipusatkan di lapangan Monumen Perjuangan
Rakyat (Monpera). Di Sidoarjo, ratusan buruh yang melakukan aksi di
Gedung DPRD Sidoarjo, Jawa Timur. Ribuan buruh di Pekalongan melakukan
demo mengelilingi Kota Pekalongan. Aksi dimulai dari Alun-alun Pekauman
Kota Pekalongan, melewati jalur pantura di Jalan Hayam Wuruk, dan
berakhir di halaman Gedung DPRD Kota Pekalongan. Longmarch dilakukan
sepanjang sekitar enam kilometer. Di Medan, sekitar 5 ribu buruh
mendatangi DPRD Sumut dan Pengadilan Negeri Medan.
Tahun 2008
[
Sekitar 20 ribu buruh melakukan aksi longmarch menuju Istana Negara pada
peringatan May Day 2008 di Jakarta. Mereka berkumpul sejak pukul 10
pagi di Bundaran Hotel Indonesia.
Sementara itu 187 aktivis Jaringan Anti Otoritarian dihadang dan
ditangkap dengan tindakan represif oleh personel Polres Jakarta Selatan
seusai demonstrasi di depan Wisma Bakrie, saat hendak bergabung menuju
bundaran HI . Di Depok, 5 truk rombongan buruh yang hendak menuju
Jakarta ditahan personel Polres Depok. Di Medan, polisi melarang aksi
demonstrasi dengan alasan hari raya Kenaikan Isa Almasih. Aksi buruh di
Yogyakarta juga dihadang Forum Anti Komunis Indonesia.
Aksi ini dilakukan oleh pelbagai organisasi buruh yang tergabung Aliansi
Buruh Menggugat dan Front Perjuangan Rakyat, serta diikuti berbagai
serikat buruh dan organisasi lain, seperti Aliansi Jurnalis Independen
(AJI) Jakarta, Buruh Putri Indonesia, Kesatuan Alinasi Serikat Buruh
Independen (KASBI), Serikat Pekerja Carrefour Indonesia, Serikat Buruh
Jabotabek (SBJ), komunitas waria, organ-organ mahasiswa dan lain
sebagainya.
Tahun 2009
Belasan ribu buruh, aktivis dan mahasiswa dari berbagai elemen dan
organisasi memperingati Hari Buruh Sedunia dengan melakukan aksi
longmarch dari Bundaran HI menuju Istana Negara, Jakarta. Aksi ini
tergabung dalam dua organisasi payung, Front Perjuangan Rakyat (FPR) dan
Aliansi Buruh Menggugat (ABM). Ribuan buruh yang tergabung dalam ABM,
tertahan dan dihadang oleh ratusan aparat kepolisian sekitar 500 meter
dari Istana.
Tahun 2010
Bertepatan dengan Hari Buruh Internasional, ribuan pengunjuk rasa
melakukan unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia di Jalan M.H. Thamrin,
Jakarta Pusat. Dari Bundaran HI, mereka kemudian bergerak ke depan
Istana Negara. Mereka menuntut akan jaminan sosial bagi buruh. Kalangan
buruh menganggap penerapan jaminan sosial saat ini masih diskriminatif,
terbatas, dan berorientasi keuntungan.
Di depan Istana, sempat terjadi kericuhan yang berlangsung sekitar 15
menit pada pukul 14.00 WIB. Petugas kepolisian mengamankan dua orang
pengunjuk rasa untuk dimintai keterangan. Menurut Kadiv Humas Polri,
Irjen Pol Edward Aritonang, kedua demonstran tersebut berasal dari salah
satu lembaga antikorupsi, KAPAK (Komite Aksi Pemuda Anti Korupsi).
Setelah insiden itu, secara umum kondisi aksi unjuk rasa berjalan
kondusif kembali hingga selesainya aksi pada pukul 16.00 WIB.
Tahun 2011
]Ribuan buruh Indonesia merayakan Hari Buruh Internasional atau May Day,
Minggu (01/05) di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Mereka menyerukan
adanya kepastian jaminan sosial bagi para buruh di Indonesia sambil
meneriakkan yel-yel perjuangan eperti "Hidup Buruh" dan "Berikan Hak-Hak
Buruh," serta mereka berpawai menuju Istana Negara.
http://forum.kompas.com/teras/80842-menguak-sejarah-hari-buruh-dunia-dan-indonesia.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Sejarah Hari Buruh Dunia dan Indonesia (2)"
Post a Comment