Perjalanan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menuju Australia menjadi lebih lama setelah pesawat yang digunakannya menghindari wilayah udara Indonesia.
Menurut koran Inggris The Guardian, PM Netanyahu mendarat di Sydney pada Rabu (22/2/2017) pagi waktu setelah transit di Singapura.
Biasanya penerbangan langsung Singapura-Sydney memakan waktu sekitar delapan setengah jam, berdasarkan data situs FlightAware.
Tapi penerbangan maskapai El Al yang dipakai PM Netanyahu memakan waktu lebih dari 11 jam dan hal ini dibenarkan anggota rombongannya kepada wartawan The Guardian.
Maskapai El Al tak diperbolehkan melewati banyak negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk Pakistan dan Indonesia.
Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia dan dikenal sangat mendukung Palestina serta upaya Palestina untuk menjadi negara yang merdeka.
Pemerintah Jakarta tidak memiliki hubungan diplomatik meski hubungan perdagangan dan pariwisata antara kedua negara tetap terjadi.
Indonesia juga memberlakukan kebijakan visa terhadap 85 negara, termasuk Israel, pada Desember 2015 dalam upaya mendongkrak angka kunjungan wisatawan asing.
Pada Maret tahun lalu PM Netanyahu menyerukan formalisasi hubungan diplomatik Tel Aviv-Jakarta, dengan alasan besarnya peluang kerja sama bilateral terutama di bidang teknologi.
Dalam pernyataan yang dikutip Times of Israel, Netanyahu mengatakan, berbagai alasan tiadanya hubungan resmi antara Israel dan Indonesia 'tak lagi relevan' dan kedua negara sama-sama berkomitmen untuk memerangi terorisme.
Meski demikian, sejauh ini seruan formalisasi hubungan resmi Israel-Indonesia tak mendapat sambutan.
Pemerintah Indonesia menegaskan, hubungan dengan Israel akan dinormalkan jika Palestina merdeka.
http://internasional.kompas.com/read/2017/02/22/21232551/pesawat.pm.netanyahu.hindari.wilayah.indonesia.saat.menuju.australia
0 Response to "Pesawat PM Netanyahu Hindari Wilayah Mayoritas Muslim Termasuk Indonesia Saat ke Australia"
Post a Comment